Sunday, 8 October 2017

Kahwin Janda Hukum Forex


Hukum Perkahwinan Janda Dalilnya ialah: 161176Perempuan janda lebih berhak pada dirinya daripada walinya perempuan perawan atau dara dikahwinkan oleh bapanya161177. (Riwayat Darul-Qutni) Rasulullah vio bersabda: 161176Seseorang yang bukan anak dara mempunyai hak yang lebih besar mengenai dirinya daripada penjaganya. Persetujuan seorang anak dara harusla dipinta berkenaan dengan sesuatu mengenai dirinya dan diam membisu pada haknya itu adalah bererti memberikan persetujuan161177. (Riwayat Musulmán) Wali Mujbir atau wali-wali yang lain tidak boleh mengahwinkan perempuano janda kecuali hendaklah mendapat izin perempuan itu terlebih dahulu. Rasulullah vio telah bersabda: 161176Dari Abu Hurairah r. a. Rasulullah vio bersabda, 161176Perempuan janda diajak bermusyawarah tentang urusan dirinya, kemudian jika ia diam, maka itulah izinnya, tetapi jika ia menolak maka tiada paksa ke atasnya161177. (Riwayat Al-Khamsah kecuali Ibnu Majah) Dalam hadith yang lain, Rasulullah vio telah menyatakan: 161176Dari Khansa161175 binti Khadam, bahawasanya bapa Khansa161175 telah mengahwinkan dia, sedan ia perempuan janda, lalu ia tidak suka demikian itu. Kemudian ia datang kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah menolak perkahwinan itu161177. (Riwayat Al-Bukhari dan Ahmad) Ini bermakna perempuano janda mempunyai bidang kuasa menolak perkahwinan yang dibuat tanpa kebenarannya iaitu ia boleh menfasakhkan perkahwinan itu di Mahkamah Syariah. Janda ada hak atas diri diá dalam urusan nikah. Ana dara kena ada wali Pero theres un giro allí. Kan ke antara syarat sah nikah Tak kira janda atau anak dara Adalah perlu adanya wali Kalau bapak takde, bapak sedara, orangnya, jadi, wali, dan, seterusnya, ikut, susur, galur, yang, dah, ditetapkan. RUKUN-RUKUN AKAD NIKAH Rukun-rukun akad nikah (yang tidak sah suatu pernikahan tanpa salah satunya) ialah: 1. Izin dari wali perempuan 2. Adanya keredhaan dari pihak perempuan, baik ia berstatus gadis perawan ataupun janda. 3. Dua saksi yang adil 4. Adánya ijab dan qabul yang bersambung dengan lafazh qabul (menerima) atau menikahkan. Masalahnya Memang, rita, boleh, bernikah, ikut, suka, dia, dengan, siapa, pun, sebab, dia, janda. Tapi bapak dia masih ada Así peranan bapak día sebagai wali dalam pernikahan día tak perna jatuh walaupun dia dah janda. Dari hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu anha. Ertinya. Siapapun seorang wanita yang menikahi dirinya sendiri tanpa persetujuan dari walinya, maka nikahnya batal, nikahnya batal, dan nikahnya batal Ibnu Hazm berkata. Tidak halal bagi seorang perempuano untuk menikah (baik janda atau perawan), kecuali dengan izin wali dari bapanya, saudaranya, datuknya, atau bapa saudaranya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Ertinya. Tidak sah pernikahan tanpa adanya wali, seorang de la península sebagai wali bagi orang yang tidak mempunyai wali. Dalam hal rita ni Aku rasa mungkin dia berwalikan hakim sebab los padres dia pun tak tau dia dah menikah. Kalau sungguh tau tak la. Secara umum seorang wanita menikah harus dengan walinya. Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: 8220Seorang wanita, yang, menikah, tanpa, izin, walinya, maka, pernikahannya, adalah, batiil, batil, batil. Dan apabila mereka bersengketa maka pemerintah adalá wali bagi wanita yang tidak memiliki wali8221. SHAHIH. Diriwayatkan Abu Dawud 2083, Tirmidzi 1102, Ibnu Majah 1879, ad-Darimi 2/137, Ahmad 6/47, 165, Syafi8217I 1543, Ibnu Abi Syaibah 4/128, Abdur Razzaq 10472, ath-Thayyalisi 1463, ath-Thahawi 2 / 4, Ibnu Hibban 1248, ad-Daraquthni 381, Ibnu Jarud 700, al-Hakim 2/168, al-Baihaqi 7/105. Dari Abu Musa al-Asy8217ari berkata: Rasulullah bersabda: 8220Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali8221. SHAHIH. Diriwayatkan Abu Dawud 2085, Tirmidzi 1/203, Ibnu Majah 1/580, Darimi 2/137, ath-Thahawi 2/5, Ibnu Abi Syaibah 4/131, Ibnul Jarud 702, Ibnu Hibban 1243, Daraquthni 38, al-Hakim 2 / 170, Baihaqi 7.107, Ahmad 4/393, 413. Namun wali tidak boleh menghalangi seorang janda yang sudah habis masa iddahnya untuk menikah kembali baik dengan suaminya yang dulu maupun dengan lelaki lain yang disukainya. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara maitka dengan cara yang ma8217ruf. (P. S. 2: 232). Orang-orang yang meninggal dunia de antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber8217iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habita 8216iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri maleka menurut yang patut. Al·lâh mengetahui apa yang kamu perbuat. (P. S. 2: 234). Al-Hafiz Ibn Hazm berkata telah sabit riwayatnya yang sahîh dari Ibn Sirin, bahwa perempuan yang tidak mempunyai wali Lalu menyerahkan kewaliannya kepada Lelaki yang Sholeh Untuk mengaqadkannya maka ia adalah Harus (SAH). Berdasarkan, aleya 55 Dari al-Qur8217an sura al-Wali Maidah Sesungguhnya kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang Shalat mendirikan dan menunaikan zakat, seraya mereka Tunduk (kepada Allah). Seandainya dari pihak Wanita tidak mempunyai wali ashib (ahli Waris) yaitu sama sekali tak mempunyai wali atau wali yang Bukan wali ashib, maka tak ada hak bagi seorangpun diantara mereka ini Untuk menghalang-halangi aqad nikahnya, baik ia Kawin dengan PRIA sederajat atau tidak, Dengan mahar mitsl atau kurang Sebab dalam keadaan demikiano seluruh urusan dirinya menjadi tanggung jawabnya sendiri sepenuhnya. Seandainya tidak ada seorang wali yang MERASA terkenal, karena perkawinannya dengan PRIA yang tidak sederajat UIT dengan sendirinya mahar mitslnya menjadi gugur, sebab ia sudah terlepas dari wewenang Wali-walinya. Jika wali tidak mau menikahkan, harus dilihat dulu alasannya, apakah alasan syar8217i atau alasan tidak syar8217i. Alasan syar8217i adalá alasan yang dibenarkan oleh hukum syara8217. Misal anak gadis wali tersebut sudah dilamar orangután acostado, atau calon suaminya adalah orangután kafir, atau mempunyai Cacat tubuh yang menghalangi tugasnya sebagai suami, dan sebagainya. Jika wali menolak menikahkan anak gadisnya berdasarkan alasan syar8217i seperti ini, wali wajib ditaati dan kewaliannya tidak berpindah kepada pihak acostado (wali Hakim) (HSA Alhamdani, Risalah nikah. Hal. 90-91). Jika seorang perempuan memaksakan diri untuk menikah dalam kondisi seperti ini, maka akad nikahnya tidak sah, meski dinikahkan oleh wali hakim. Sebab hak kewaliannya tidak berpindá kepada wali hakim. Jadi perempuan itu sama saja dengan, menikah, tanpa, wali, maka nikahnya tidak sah. Sabda Rasulullah SAW, 8221Tidak sah nikah kecuali dengan wali.8221 (HR Ahmad Subulus Salam. III / 117). Namun adakalanya wali menolak menikahkan dengan alasan yang tidak syar8217i, yayu alasan yang tidak dibenarkan hukum syara8217. Misalnya calon suaminya bukan dari bangsa yang sama, bukan dari suku yang sama, orang miskin, bukan sarjana, dan sebagainya. Ini adalah alasan-alasan yang tidak ada dasarnya dalam pandangan syariah, maka tidak dianggap alasan syar8217i. Jika wali tidak mau menikahkan anak gadisnya dengan alasan yang tidak syar8217i seperti ini, maki wali tersebut disebut wali 8216adhol. Yaitu wali yang tidak mau menikahkan perempuano yang diwalinya jika ia telah menuntut nikah. Perbuatan ini adalá haram dan pelakunya (wali) adalá orang fasik sesuai QS Al-Baqarah. 232. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Ijtima 8217i fi Al-Islam, hal. 116). Jika wali tidak mau menikahkan dentro kondisi seperti ini, maka hak kewaliannya berpindah kepada wali Hakim (Imam ASY-Syirazi, Al-Muhadzdzab. II / 37 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh 8216ala Al-Madzahib Al-Arba8217ah. IV / 33) . Hal sabda berdasarkan ini Rasulullah SAW, 82218230 jika mereka wali berselisih / bertengkar tidak mau menikahkan, maka penguasa (as-Sulthan) adalah wali bagi orang yang perempuan wali.8221 tidak punya (fa fa en isytajaruu como sulthaanu-waliyyu hombre laa lahaa waliyya) (HR Al-Arba8217ah, kecuali An-Nasai, Hadits ini dinilai shahih oleh Ibnu 8216Awanah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim, Subulus Salam. III / 118). Yang dimaksud dengan wali Hakim, kekuasaan adalah orang yang memegang (penguasa), baik ia Zalim atau Adil (hombre ilaihi al-amru, jaairan kaana aw 8216aadilan). (Imam Ash-Shan8217ani, Subulus Salam II / 118). Maka dari UIT, penguasa Saat ini walaupun Zalim, karena tidak menjalankan hukum-hukum Islam dentro de Kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetap sah menjadi wali Hakim, Selama tetap menjalankan hukum-hukum syara8217 dentro Urusan Pernikahan. BAGAIMANA dengan nikah TANPA WALI Imam Imam Maliki Maliki mengharuskan Izin dari wali atau wakil terpandang dari Keluarga atau Hakim Untuk nikah akad. Akan tetapi tidak dijelaskan secara tegas apaká wali harus hadir dalam akad nikah atau cukup sekedar izinnya. Meskipun demikian imam, malik, tidak, membolehkan, wanita, menikahkan, diri-sendiri, baik, gadis, maupun, janda. Mengenai persetujuan dari wanita yang akan menikah, imán malik membedakan antara gadis dengan janda. Untuk janda, harus terlebih dahulu, ada, persetujuan secra, tegas, sebelum, akad, nikah. Sedangkan bagi gadis atau janda yang belum dewasa dan belum dicampuri suami, maka jika bapak sebagai wali ia memiliki hak ijbar. Sedangkan wali diluar bapak, es decir tidak memilki hak ijbar. Menurut Imam Malik pula: Tidak sah wanita bangsawan dan cantik menikah tanpa Verano, namun sah bila wanita tersebut tidak demikian. Imam Hanafi Abu Hanifah membolehkan perkawinan tanat wali (menikahkan diri sendiri), atau meminta orang lain diluir wali nasab untuk menikahkan gadis atau janda. Hanya es un kalau tidak sekufu, wali berhak membatalkannya. Dasar yang membolehkan perkawinan taná wali, menurut abu hanifah diantaranya Al-Baqarah: 230,232,240. Serta mengartikan 8220al-aima8221 adalah8221wanita yang tidak mempunyai suami8221 baik gadis maupun janda. Ditambah dengan Hadits tentang kasus al-yang khansa8217a dinikahkan secara paksa oleh bapaknya dan Ternyata tidak diakui oleh Nabi .. Menurut Abu Hanifa persetujuan dari párrafo calon adalah satu keharusan dentro perkawinan, baik bagi seorang gadis maupun Janda. Perbedaannya, persetujuan gadis cukup dengan diamaya, sementara janda harus dinyatakan dengan tegas. Menurut Daud, jika perempuan tersebut gadis, maki nikahnya tidak sah, tanpa wali. Jika ia janda, maka sah nikahnya tanpa wali. Menurut Abu Tsaur dan Abu Yusuf, Wanita yang bernikah tidak diizinkan oleh walinya, Lalu keduanya mangadukan Pernikahan UIT kepada Hakim yang bermadzhab Hanafi, dan Hakim menetapkan sahnya perkawinan tersebut, tidak maka boleh bagi Hakim yang bermadzhab Syafii membatalkannya Wanita yang berada di Suatu tempat, yang Tidak ada padanya seorang hakim dan wali, maka y ada dua macam hukum - Pertama, boleh mengawinkan dirinya sendiri. Kedua, menyerahkan perkawinannya kepada orangután permanecido yang Islam (Rahmatul Ummah Fi Ikhtilafil Aimmah 8211 al Faqih Abdurrahman Como Syafii anuncio Damasqy) El imán Syafi8217i Menurut imán Syafi8217i, kehadiran wali menjadi Salah satu rukun nikah, yang berarti tanpa kehadiran wali ketika melakukan akad nikah perkawinan tidak sah . Bersamaan dengan ini, Syafi8217i juga berpendapat wali dilarang mempersulit perkawinan Wanita yang ada di Bawah perwaliannya Wanita Sepanjang mendapat pasangan yang sekufu. Dasar yang digunakan imán Syafi8217i adalah Al-Baqarah: 232, An-Nisa: 25,34. Serta beberapa hadits nabi Menurut Syafi8217i bakak lebih berhak menentukan y perkawinan anak gadisnya. Hal ini didasarkan pada mafhum mukhalafah dari hadits yang menyatakan 8220janda lebih berhak kepada dirinya8221. Sehingga menurut Syafi8217i izin gadis bukaná satu keharusan tetapi hanya sekedar pilihan. Adaptación perkawinan seà ± ar janda harus ada izin secara tegas dari yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada kasus al-khansa8217a. Imam Hambali Ibnu Qudamah dari Madzhab Hambali menyatakan, wali Harus ada dentro perkawinan (nikah rukun), yakni Harus Hadir ketika melakukan akad nikah. Menurutnya hadits yang mengharuskan adanya wali bersifatum yang berarti berlaku untuk semua. Sedangkan hadits yang menyebutkan hanya butuh izin adalá hadits yang bersifat khusus. Sehingga yang umum harus didahulukan dari dalil khusus. Ibnu Qudamah es un miembro de la familia de la familia de los niños de la familia de los hermanos. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, persetujuan wanita y harus ada dalam perkawinan. KEDUDUKAN Saksi DALAM nikah nikah TIDAK sah tanpa ada saksi (Hanafi, Syafii, dan Hanbali), namun menurut Imam Maliki, sah, dengan wajib mengumumkan nikahnya UIT. Jadi bila ada orang nikah sirri tanpa ada saksi dan tidak diumumkan maka batal nikahnya. Syarat Saksi adalah Dua orangután Laki-laki yang mukallaf, berakal dan Adil (menurut Syafii dan Hanbali) namun menurut Hanafi Boleh seorang Laki-laki dan Dua orangután Wanita atau Boleh saksi sedangkan saksi tersebut orangután fasiq. Menurut Tiga Imán Madzhab (Hanafi, Syafii dan Hanbali), tidak sah nikah tanpa saksi. Namun menurut Madzhab Maliki, sah walaupun tidak ada saksi, hanya saja Imam Malik mewajibkan pengumuman Nikah. Jadi bila Sirri ada akad nikah secara (Rahasia) dan tidak diumumkan pernikahannya UIT, maka menurut Imam Maliki, nikahnya Batal (Rahmatul Ummah Fi Ikhtilafil Aimmah 8211 al Faqih Abdurrahman Como Syafii anuncio Damasqy) Bila aleya Kandung tidak memenuhi syarat sebagai Wali, maka hak Untuk Menjadi wali akan turun kepada urutano wali berikutnya, di mana daftarnya sudah baku dan tidak bisa dibujo-buat sendiri. Dan syarat sebagai wali sudah disebutkan yaitu (1) musulmanes, (2) laki-laki, (3) akil, (4) baligh, (5) merdeka dan (6) adil. Adapun bila aleya UIT tidak pernah memberikan nafkah, perhatian, kasih sayang, waktu Serta pemeliharaan, tidak pernah bisa dijadikan alasan Untuk gugurnya hak perwalian dimilikinya yang. KEHARUSAN MEMINTA PERSETUJUAN Wanita Apabila Pernikahan tidak sah kecuali dengan adanya Wali, maka merupakan kewajiban pula meminta persetujuan dari Wanita Yang di berada Bawah perwaliannya. Apabila wanita tersebut seorang janda, maka diminuta persetujuannya (pendapatnya). Sedangkan jika wanita tersebut seorang gadis, maka diminta juga ijinnya, de diamante merupakan tanda ia setuju. Dari Abu Hurairah r. a. Bahwa nabi s. a.w. Bersabda: 8220Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali de la seta se disminuye perintahnya. Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah disminución de ijinnya8221. Para Sahabat berkata: 8220Wahai Rasullullah, bagaimanakah ijinnya8221 Beliau menjawab: 8220Jika ia diámetro saja8221 (. Bukhori HR, musulmanes, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Nasai) Dari Ibnu Abbas R. A. Bahwasannya ada seorang y gadis yang mendatangi Rasulullah s. a.w. Dan mengadu, bahwa ayahnya, telah menikahkannya, sedangkan ia tidak ridho. Maka Rasulullah s. a.w. Menyerahkan pilihan kepadanya (apakah es ingin meneruskan pernikahannya ataukah ingin membatalkannya). Hadits más lejos que Abu Dawud dan Ibnu Majah. 8220Dan berikanlah mahar (maskawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberen yang penuh kerelaan.8221 An-Nisaa8217. 4 Mahar adalah sesuatu yang diberikan kepada isteri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan. Mahar (atau diistilahkan mas kawin) adalah hak seorang wanita yang harus dibayar oleh laki-laki yang akan menikahinya. Mahar merupakan milik seorang istanh dan tidak boleh seorang juego de palabras mengambilnya, baik ayah maupun yang lainnya, kecuali dengan keridhaannya. Syari8217at Islam yang mulia melarang bermahal-mahal dalam menentukan mahar, bahkan dianjurkan untuk meringankan mahar agar mempermudah proses pernikahan. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi shallallaahu 8216alaihi wa salam pernah bersabda: 8220Di Antara kebaikan Wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.8221 8216Urwah berkata, 8220Yaitu mudah rahimnya Untuk melahirkan.8221 Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim bin 8216Uqbah 8216Amir radhiyallaahu 8216anhu berkata, 8220Rasulullah shallallaahu 8216alaihi wa salam bersabda: 8216Sebaik-Baik Pernikahan ialah yang mudah.82178221 palidez Shahih, HR. Abu Dawud (sin 2117), Ibnu Hibban (no.1262-al-Mawaarid), dan ath-Thobrani DLM Mu8217jamul Ausath (I / 221, no 724) Seandainya seseorang tidak memiliki sesuatu Untuk membayar mahar, maka ia boleh membayar mahar dengan mengajarkan Ayat Al-Qur8217an yang dihafalnya. HORA. Bukhari dan MuslimSoalan saya nak tanya. Saya pernah dengar bahawa keputusan anak perempuan yang masih dara ingin kawin adalá di keputusan orang tua nya. Bagaimana jika anak perempuan itu telah menjadi janda dan bukan bukan lagi dara. Jika ia pernah melakukan zina atau aleya permanecido beliau Bukan dara atau gadis Lagi, adakah orangután tuanya masih boleh memberi keputusan Untuk Kawin atau tidak mengikut pandangan Agama Maksudnya adakah gadis yang Bukan Lagi dara UIT sama estado dengan Janda dari soal memberi keputusan Kawin Secara amnya, disyariatkan Meminta izin wanita untuk menjalankan akad perkahwinan ke atasnya. Cuma ulamak berbeza pandangan jika yang hendak dikahwinkan UIT adalah gadis / dara adakah meminta izinnya UIT wajib atau SUNAT Sahaja (jika yang menjadi walinya adalah bapa atau datuknya) Menurut mazhab Imam Malik, Syafiie dan Ahmad meminta izinnya UIT SUNAT Sahaja, yakni jika bapa atau datuknya Mengahwinkannya, dengan, lelaki, pilihan, mereka, tanpa, persetujuannya, perkahwinan, itu, adalah, sah. Mazhab Abu Hanifah pula berpendapat wajib recuerdo keizinannya, jika tidak maka perkahwinan tidak sah. Adapun janda, tiada khilaf di kalangan, ulamak bahawa, wajib, diminuta keizinannya. Jika akad berlaku tanat keizinannya, el maka perkahwinan tidak sah. Bagi gadis, tanda keizinannya memadai dengan diamnya. Adapun bagi janda, tidak memadai dengan diamnya sahaja akan tetapi wajib dengan pengakuan mulut darinya. Ini berdasarkan sabda Nabi s. a.w. Tidak dikahwinkan wanita janda kecuali dengan meminta arahannya dan tidak dikahwinkan gadis kecuali dengan meminta keizinannya. Sahabat bertanya Ya Rasulullah Bagaimana yang dikatakan keizinannya. Baginda menjawab Dengan diamnya (Imam de HR al-Bukhari dan Muslim). Dari keterangan di atas kita dapat melihat ada perbezaan hukum antara gadis dan janda dalam masala berkaitan. Bagaimana Untuk menentukan seorang Wanita UIT gadis atau Janda mengikut hukum Syarak Dalam Kitab al-Mughni (Imam Ibnu Qudamah), dijelaskan berikut1 seperti 1. Menurut mazhab ialah Wanita Imam Ahmad Dan Syafiie Janda yang telah disetubuhi di farajnya sama ada dengan persetubuhan Yang Yang atau halal Haram Namun Imam Malik, de Abu Hanifah, y el disidente de la secta tidak halal, hukumnya masih hukum wanita gadis. 2. Jika selaput dara Hilang kerana sebab permanecido terjatuh jimak dari seperti kerana, darah haid terlalu Banyak atau kerana tusukan Jari, kayu dan sebagainya maka hukumnya masih hukum dara / gadis. 3. Jika seorang wanita disetubuhi de duburnya, statusnya tidak berubah menjadi janda dan tidak tertakluk dengan hukum wanita janda kerana persetubuhan tidak berlaku pada farajnya. Dentro de Kitab-Kifayatul Akhyar (kitab Fiqh mazhab Syafiie), pengarangnya menjelaskan Janda ialah Wanita yang telah Hilang selaput Daranya melalui persetubuhan sama ada persetubuhan Yang Yang atau halal syubhah atau zina. Adapun jika Hilang kerana terjatuh atau menusuknya dengan Jari atau kerana kuatnya darah haid atau kerana lama membujang (berkahwin tidak), maka mengikut pandangan yang soheh hukumnya masih seperti dara / gadis. Jika hilang selaput daranya kerana persetubuhan yang dipaksa atau disetubuhi ketika tidur atau wanita gila (yang disetubuhi), maka hukumnya seperti janda mengikut pandangan yang terkuat. Ada juguete pandangan berkata hukumnya masih seperti gadis. Jika seorang Wanita dijadikan tanpa selaput dara, entre otras cosas, masih dianggap dara / gadis.2 Merujuk kepada soalan Saudara de Dapat kita simpulkan bahawa mengikut pandangan mazhab Imam Ahmad Dan Syafie Wanita yang pernah Berzina, ia tidak Lagi dianggap gadis. Maka kedudukannya sama seperti janda dalam masala de atas iaitu wajib disminución keizinannya secara pengakuan mulut sebelum mengahwinkannya. Adapun mengikut pandangan mazhab Hanafi dan Maliki ia masih lagi gadis kerana persetubuhan yang berlaku kepadanya bukanlah persetubuhan yang halal (yakni bukan persetubuhan melalui akad perkahwinan yang sah). 1. Al-Mughni, Imam Ibnu Qudamah. 2. Kifayatul-Akhyar, Syeikh Taqiuddin al-Hisni. 3. Al-Fiqh al-Muyassar, Syeikh Ahmad Isa Asyur. 4. Fiqh al-Usrah al-Muslimah, Syeikh Hasan Ayyub Así:

No comments:

Post a Comment